Senin, 11 Oktober 2010

perempuan itu bernama PEKERJA RUMAH TANGGA 
(Puisi karya: Ade Indriani Zuchri)
Mengingat Ceriyati adalah mengingat luka, air mata dan penderitaan
Mengenang Istiqomah adalah mengenang irisan hati yang terkoyak , dalam dan terlupakan.
Sementara luka ini semakin mendekat, putus asa dan tak memberi harap
Aku putuskan tengadah pada langit sekarang juga!
Aku mendengar setiap nafasmu adalah kelembutan
Tak berdaya digerus ketakutan
Dan makna cinta yang kau kirim lewat angin tak pernah sampai ketelinganya
Kau menjerit, sayang tak satupun mendengar
Kau tenggelam dalam payah, sementara yang lain sibuk pesta pora dalam genangan luka
Aku melenguh keras, tak sampai jua beraniku melihatmu tajam
Aku mengerang dalam takut seandainya tak mampu menggenggammu
Aku putuskan pada langit maha luas
Kau tujuan cinta kedepanku!
Kalau saja jalan ini memberi tanda pada kita
Tentu menyenangkan menatap dua bola matamu berganti warna
Tentu sangat indah melihat senyummu didekap sang bunda
Tentu membahagiakan melihatmu bersanding pada cinta ananda
Aku ingin memandangmu dalam
Melihat kebahagian demi kebahagian saat kau menyebut dirimu dengan bangga
Sesekali menyeringai manja dan tersenyum telah hafal demokrasi, gender dan tentu saja hak-hak mu!
Aku akan merindukan saat kau tertawa memandang angka-angka negoisasi upahmu
Yang menghantam harga dirimu, membuangnya dalam kehancuran, mengoyaknya dalam lembar penindasan.
Sungguh, aku ingin memberi nama pada kalian
Wahai ceriyati, Istiqomah, Atun, Mardiyani dan ribuan nama lain
Kau dalam, kau indah, kau makna hidup sebenar-benarnya
Memberi juang dalam kegalauan, aku menyebutmu dalam lafas cinta
Kukirim lewat perjuangan dan kebenaran
Kupatri dalam keteguhan
Kusandarkan pada dermaga pengharapan!
Palembang, Mei 2008
Puisi ini saya dedikasikan buat seluruh perempuan tangguh yang bekerja untuk bertahan hidup dan tak pernah berfikir demi dirinya semata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar